Kalut telah puas menemuiku dalam sudut yang mulai sekarat mengapit paru dan jantungku, kian kemari aku dibuatnya hingga aku serasa tak mampu bedakan mana sakit dan tidak sakit. Mati rasa. Bukan, mati jiwa tepatnya. Entah dari mana aku harus bercerita, yang aku tau cuman awalan yang tidak bagus untuk dikatakan sebuah paragrap hidupku berikutnya.
Berawal dari kalimat ini seingatku. Sore tadi, sebuah pesan singkat menubruk di inbox yang sudah mulai penuh dan hampir muntah yang kemudian memberi rasa kecut dalam senjaku kali ini. Tentu aku enggan menyebutkan siapa pengirimnya, yang patut di ketahui adalah sms itu membuatku merasa semakin alergi dengan kata “SELAMANYA”. Kenapa?, karena lagi-lagi aku harus mengingat kata ABADI, atau KEKAL yang nyatanya masih ada batasan waktu yang terkait dengan kata itu. “Akan kekal di dalam Syurga” begitulah penggalan ayatNya. Tapi kekal disini masih memiliki batasan kapan ia harus terhenti. lalu jika sudah melewati kekekalan hidup dan sudah habis tempo aku akan kemana?. Toh kekal saja masih memiliki batas. Otakku mati tak sampai dengan terpasung oleh beberapa pertanyaan rumit.
LAGI!!!,
HARUS AKU SUSUN ULANG PERHURUF, TIDAK KURANG DARI SERIBU KALI.
SEPERTI SORE INI, MASIH KURANG DARI SERATUS KALI.
LAKUKAN, LAGI!!!
Beralih dari perkara diatas. Kalimat ini aku tulis lebih kurang sepuluh menit setelah aku tulis kalimat diatas. Mewakili pilihan-pilihan yang sukar dan sulit aku pilih, padahal aku enggan untuk memilih. Setelah aku pilih, nyatanya pilihan itu menawarkan pilihan-pilihan lain, sama persis seperti acara di tipi yang memilih nomor lalu bisa mendapat keberuntungan, super deal dua milyar. Namun pilihan-pilihanku tidak semuanya menguntungkan, atau mungkin aku saja yang belum cerdas dan teliti menemukan pilihan-pilihan itu. Aku menjadi parno jika sampai-sampai apa yang aku pilih menyuguhkan pilihan yang jauh lebih rumit. Entahlah, aku harus pertimbangkan kembali. Berhenti dengan mencari jalan baru, atau tetap berjalan seperti sekarang dengan berbagai onggokan pilihan. Susun ulang!!!, dan atau Fikir kembali!!!.
JIKA TAU BERHADAPAN KESAL, JIKA TAK TAU BERHADAPAN DENGAN INGIN TAU.
Usai hal diatas, iseng aku buka lembaran-lembaran yang mungkin oleh pemiliknya tidak lagi di rawat, sawang dimana-mana, dan debu yang asyik mencumbui lembaran-lembaran itu. “Aku ingin tau isinya” begitulah kiranya otakku memintaku untuk membuka halaman demi halaman catatan-catatan yang tak diurus oleh pemiliknya itu. Lembar demi lembar aku nikmati dengan rasa pahit yang mulai mencekik leherku, tapi tak acuh saja jemari ini terus membuka lembar-demilembar. Tau yang kemudian berhadapan dengan kesal dan geram, entah kepada siapa aku harus meluapkan geram yang mulai kunjung binal. “Maafkanlah dirimu, dan juga dirinya, bukankah itu sekedar catatan masalalu yang semua orang memiliki masalalu. Lihatlah halaman akhir dari catatan itu” Tegur malaikat, entah malaikat atau bukan. Sok mengguriku. Bukan, aku yang sok. Sama persis seperti semalakama, Tidak tau selalu berhadapan dengan ingin tau, setelah tau? ehhh malah besanding dengan kesal. Entahlah.
Sebentar!!!
Beri aku nafas sekedar aku menikmati separuh hidupku yang mungin tak lagi dalam paruh sempurna. Beri tau aku seperlunya, dan jangan tunggu orang lain menceritakannya tentangmu untukku, padahal aku yang kamu bilang lebih dekat dari yang lain. Jika begitu tak masuk akal jika aku mendengar pengisahanmu dari bibir orang lain bukan?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar