Selasa, 12 Februari 2013

Syarhi al- Qur’an Ketemu Gombalan Khas Santri



Muhammad Zuhri Anshari
Yogyakarta, 13 February 2013

Hari ini ada kejadian seru lagi di Auditorium Kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan. Kali ini hanya kelompok Syarhi al- Qur’an yang nongkrongin ni gedung. Tanpa kelompok Nashid. Sebenernya agak kesepian tanpa mereka, tapi ga papa. Daripada mereka sakitnya nambah parah gara-gara latihan malah ga jadi pentas. Lagian sakitnya pake acara rombongan segala. Hahah. Yah maklum namanya juga kelompok, sakit satu sakit semua. Hihii.

Hari ini latihannya lebih berisi dibanding kemarin. Pasalnya kemarin masih pada galau mikirin hari H yang sudah sangat mepet. Untung kemarin di temenin kelompok Nasid. Hahah.
“Break dulu yuk, udah serak nih suara ane,” Pintaku pada semuanya.
“Okay, aku juga neh,” Sahut Evelin yang kebagian jatah puitisasi bareng ane.

Setelah semuanya setuju, semuanya mengambil minum satu-satu dan duduk melingar. Ane agak sedikit telat ngambil minum. Pas mendekat ke lingkaran, ane cium wangi yang sangat tenar di hudung. Maklum waktu kecil dulu hobby banget ama ni barang. “Ko wangi coklat benget yah? Iya ga sih?” ujarku sambil membereskan posisi duduk.

“Makasih Mas, kalau gitu saya keluar aja yahhh” jawab Arbrian polos. “Hahaha” semuanya pada nyengir mendengar pengakuan palsu si Cowok Berkacamata yang lagi asyik ngadepin laptop itu. Baju yang Brian kenakan memang berwarna coklat, namun tidak berarti dia wangi coklat.
“Ko’ air minumnya agak pait yah?” Tutur Evelin meminta persetujuan kita.
“Iya bener, kenapa yah?” jawabku.

Kali ini Mas Qo’im angkat bicara, “Yaudah biar saya keluar saja biar ga pait”. “Hahahah” Riuh tawa di gedung audit mendengar pengakuan pasrah Mas Qo’im. Dan kita semua menyepakati bahwa rasa pait itu dikarenakan beliau. Hahah.

“Jadi teringat cerita” Mas Qo’im membuka tausiahnya. “Ada seseorang cowok yang mau mengatakan cintanya kepada seorang gadis neh. Ceritanya seperti ini. Suatu hari sang cowok sudah mantap untuk mendatangi punjaan hatinya yang sudah lama ia gandrungi. Karena sang cowok niat banget, dia sampe nyiapin dengan matang tuh ritual sakral. Termasuk harus menggunakan bahasa apa agar bisa meyakinkan. Nah biar beken dan keren, dipilihlah bahasa inggris sebagai bahasa untuk menyampaikan persaan sang cowok tadi”

Ketiga orang termasuk ane semakin serius banget dengerin cerita Mas Qo’im. Siang-siang begini, jadi momentumnya tepat untuk mendengarkan cerita.waktunya tidur siang. Hehe.
“Waktunya pun tiba, sang cowok bertemu dengan cewek yang dia taksir, kemudian rencana sang cowok pun di jalankan dengan cukup sukses. Tau apa tanggapan cewek terhadap gombalan sang cowok dengan bahasa inggrisnya itu?”
“Apa?” sahut Ane, Brian dan Evelin kompak.
“Sang cewek cuman bilang “Udah gitu aja?” dan langsung tancap gas motor meninggalkan TKP. Malang bener ni nasib sang cowok,” Mas Qo’im membenarkan posisi duduknya “Kasihan sekali” timpalnya.
“Wah sadis juga tuh, di tolak dong sang cowok?” Tanyaku,
“Iyalah, heheh” Jawab Brian.

Hening sejenak, dan tiba-tiba Mas Qo’im kembali membuka obrolah. Kali ini dia sedikit berlagak seperti penyair-penyair arab yang sedang mendemokan kalimat bijak, “Allah itu sayang banget sama saya. Ketika saya butuh air, Allah turunkan hujan. Ketika Saya butuh cahaya untuk menerangi kegelapan, Allah memberikan cahaya matahari.”
“Subhanallah” Serentak.
“Dan ketika saya butuh cinta, Allah temukan saya denganmu”

Suasana tawa makin membahana, pasalanya kalimat gombalan ini muncul dari Mas Qo’im. Barangkali kalau seandainya cowok dalam cerita diatas menggunakan gombalan ini, kayaknya ga mungkin si cewek berani bilang “Udah cuman ini aja?” Paling si cewek bakal jawab, “Kapan Mas mau menemui orang tuaku”. Hahaha. Subhanallah.
“Atau bisa juga make ini, untuk menyatakan bahwa cinta kita tulus selamanya” tawar Mas Qo’im. ”Apa” sahut Ane, Brian dan Evelin penasaran.

“Dik, maukah kiranya saya pinang kamu dengan Surat al-Qiyamah”. Kita bertiga melongo penasaran. Kenapa harus surat al- Qiyamah, ga al-Baqoroh aja gitu. Atau al-Tiin. Ini malah kiamat. “Kenapa emang?” Tanya penasaran. “Karena mencintaimu bukan hanya untuk saat ini saja, tapi ayat ini symbol kesetiaan cinta kita sampai akhir”. “Hahaha” semua terkesima dengan gombalan-gombalan Mas Qo’im.
“Kalau gitu, aku pake surat Dhuha deh.” Ane tak mau kalah
“Kenapa?”
“Ya biar cinta kita bersemi terus” Jawabku garing. Hahah.
“Kalau aku pengen ngegombalin gini. Rinduku terhadapmu diantara surat Dhuha dan surat al-Lail” Tutur Brian.
“Kenapa?”
“Kan aku rindu kepada dia sehari semalam”
Yah itulah oleh-oleh latihan Syarhi al- Qur’an kali ini. Besok apa lagi yah?. Heheh. Berhubung sudah Adzan, kita tutup latihan pagi ini dengan sebuah Hadist riwayat Ibnul Mubarak melalui Khalid Ibnu Abu Imran yang berbunyi:

“Allah merahmati seorang Hamba yang mengucapkan kebaikan, lalu ia mendapatkan keuntungan. Atau, ia diam dengan tidak mengatakan hal yang buruk, maka ia selamat”

Semoga Bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar