Muhammad Zuhri Anshari
Pagi ini, menjelang siang jam 11 tertanggal duabelas februari
duaribu tigabelas. Di sebuah Auditorium Kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta. Ruangan yang sangat lebar untuk latihan dua kafilah seperti ini,
Latihan Nashid (untuk akhwat) dan Syarhi al-Qur’an (untuk ikhwan).
Para lelaki mendapat tempat latihan ditengah gedung tersebut
dengan tugas masing-masing. Ketiganya focus terhadap peran masing-masing sesuai
formasi Syarhi al-Qur’an yang mereka sepakati.
Sementara di bibir pintu, alunan piano berdentum mempola irama
syadu yang dimainkan oleh senior kami, serta tiga perempuan berkarakter suara
yang berpadu harmonis mengalunkan lagu Rindu Rasul yang ditenarkan oleh Bimbo.
Rindu kami padamu Ya Rasul
Rindu tiada terperiBerabad jarak darimu Ya Rasul
Serasa dikau di sini
Cinta ikhlasmu pada manusia
Bagai cahaya surge
Dapatkah kami membalas cintamu
Secara bersahaja
Tiba-tiba diskusi kecil pun terjadi ditengah-tengah latihan Syarhi
al- Qur’an. Ketiga lelaki itu rupanya terkesima dengan perpaduan unik vocal dan
dentuman piano. "Bagus yah suaranya," ketiga lelaki itu sepakat dengan
kwalitas suara tiga orang perempuan yang tengah asyik berkolaborasi.
"Ulangi, fals." Seru seorang instruktur sekaligus
keyboardist group Nasid itu.
"Hah?" ketiga lelaki itu tercengang, ternyata suara
yang mereka kira bagus itu masih kelihatan cacat oleh seorang instruktur musik.
"Ternyata setiap orang punya pendapat dan konsep tentang
bagus dan jelek yah, relatif memang" Terang lelaki pertama berbaju
lurik-lurik.
"Betul itu, Saya jadi teringat sebuah Film yang
menceritakan bahwa orang yang cantik itu adalah orang yang gemuk. Kebanyakan
kitakan punya konsep bahwa cantik itu yang berhidung mancung, Kuning langsat.
Tapi dalam Film tersebut di balik," Jelas lelaki kedua berbaju ala Jokowi
berwarna hitam.
"Nah hal itu terkait konsep yang kita yakini terhadap
sesuatu secara umum," Timpal lelaki berbaju lurik-lurik
"Bener, ambil contoh. Misal kita hidup di tengah orang yang
semuanya memiliki hanya satu tangan, kemudian hanya kita seorang yang memiliki
tangan dua maka kita dianggap tidak normal, karena konsep orang normal di
tempat tersebut adalah bertangan satu," Jelas lelaki berbaju ala Jokowi
menimpali,
“Ada sebuah cerita nih biar kita ga kejebak ama baik buruk
manusia yang bersifat nisbi. Ceritanya ada dua orang yang sangat jelek, dia
dihina dan sangat diperlakukan tidak enak oleh lingkungannya. Sehingga pada
suatu malam dia berdo’a kepada Sang Khalik. Dalam doanya orang itu meminta agar
orang yang jelek menjadi orang yang bagus dan dikagumi agar tidak ada lagi yang
terdholimi. Keesokan harinya orang tadi keluar rumah untuk beraktifitas seperti
biasanya. Hal yang mengagetkan adalah ketika orang disekeliling mendapati lelaki
jelek tersebut memiliki pesona ketampanan dan menjadi orang yang digakumi. Subhanallah.”
Tutur lelaki berbaju ala Jokowi menggebu-gebu.
Ketiga orang tersebut setuju, bahwa baik atau buruk itu bersifat
nisbi. Dan bisa jadi ini terkait dengan Fiman Allah SWT dalam surat Al Baqarah
ayat 21:
“Belum tentu baik di mata Allah, ujar sahabatnya menenangkan
seraya mengutip ayat dalam Al Qur'an. "Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui." (QS Al Baqarah, 2:21). ”
Semoga Bermafaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar