Selasa, 22 Maret 2011

Untuk mu

Episode Labirin

Pembuka,                                                         muzaelfarabi

Saatku kini menanti, memandangi, dan berharap mengerti.
Mencari sepenggal cara dalam labirin hati.
Yang untuk jadikan gores lafazh-lafazh nur ilahi.

Ku biarkan jam pasir terus bergerak,
Seperti labirin yang terus mendesak,
Hingga usia yang kini hampir terisak,

Ku pikul diri memenuhi ribuan hari.
Dalam berjuta lorong labirin yang belum aku fahami.
Dalam penghabaan yang masih rapuh ku niati,
Dalam keroja’an yang yang masih labuh dalam duniawi.
Dalam kekhaufan yang masih mendendang insani.
Dalam Hubb yang masih tersulur pada sebuah diri.

Masih tentang episode ini,
Akankah Engkau meraihku?
Saat tubuh ini lemah tersungkur, lalu tanganku mencoba meraih tanganMU.
Tapi aku yakini,
Akankah Engkau memelukku?
Saat raga ini layu terpengkur, lalu ruhku mencoba menemuiMU.
Tapi aku yakini, karena kerahasian masih tersimpul keyakinan.
Dalam labirin yang masih terus terahasia.

Hatiku kini merindu, untuk menjemput keridhaanMU
Hatiku kini Syahdu, dalam ratapan pohon menari dalam air.
Dan  Seiring Jemariku yang semakin rontok,
Meroja’kan diri melalui dinding labirin, semoga menemukan jalanMU.















Dalam Hidayah CintaMU

Labirin terbuka                                 muza elfarabi

Aku rebahkan tubuhku
bersamaan dengan mencuatnya ketegangan yang mencabik-cabik ragaku.
Entah apa yang merasuk dalam diriku,
ingin mengaum tetapi untuk apa?.
Hendak berlari, tapi kemana?.
Kau tau?, apa kau lebih memahamiku?. Jawablah!.

Apa guna Ibadahku tanpa hidayahMU?
Apa arti muamalat diri tanpa cintaMU?

Seperti inikah adanya?

Aku hanya bercumbu dengan ketidakpastian,
hanya sebatas mimpi.
Ratapanku kosong tiada lagi hingar-bingar suara,
atau sekedar nada yang syahdu untuk hati dan jiwaku.
Semuanya kosong, yang tersisa aku dan segunduk kehampaan.

Kakiku tak lagi sanggup menguda,
bahkan otakku mulai mogok untuk memikirkan suatu hal yang dapat merubah keadaanku.
Jiwaku melayang entah kemana,
semakin dalam aku rasa semakin jauh pula panggang dari perapian.
Selaksa tubuh ini hanya seonggok lara yang ditinggalkan oleh rasa, jiwa serta akal.
kemanakah mereka?.

Nafaspun mulai memprotes untuk undur diri,
aku tak sanggup dengan segalanya.
Mati sajakah?, tapi untuk apa?.
Matipun tak mungkin menyuapku dengan kebahagiaan.
Pasti Tuhanpun akan menaruhku lagi pada siksa yang lebih dalam.

Padahal semenit saja berhadapan mautMU
Dengan tusukan ngilu pada jantungku
Lalu mataku nanar menatap israil diambang pintu.
Airmata meleleh panas
Bibir seolah tersubat sembilu.
Masih dengan hidayahMU,
Masih dengan cintaMU

Tiada keutuhan khauf tanpa cinta
Tiada keutuhan Roja’ tanpa cinta
Tiada kenikmatan ibadah tanpa cinta
Hanya dengan hidayah berupa cinta
Maka hidayahkan aku dengan CintaMU
Masih dengan hidayahMU,
Masih dengan cintaMU.

AKU DAN NANTI

Labirin pertama                                               Muza elfarabi

Sepi...
Dalam penantianku.
Meski aku lelah terbaring dalam hampa
Tapi kurasa luka selaksa suka.

Terasa berat...
Meski aku bersanding bersamaan buih lara.
Menapaki langkahku diatas kerikil derita,
yang kapan saja aku tersungkup dan terlumatlah aku dalam kalut.
Merintih dalam bayang hampa, akankah kau ketahui cintaku?
Dengan aku yang terahasia.
Tapi suratan takdirku, menjajaki suhuf-suhur rindu.
dengan harapan murni melabuhkan rasa yang aku panggul sendiri.

Ya Robb,
Hatiku yang kini terlalu memar manapaki cinta seorang diri.
Aku tersenyum diatas deritaku sendiri tanpa sadar.
Terbahakku dalam kepedihan yang aku cipta tanpaMU.

























SENYUM

Labirin  ke-2                                                       muza elfarabi

Terbangun dari belukar kehidupan,
Menepi melipat mimpi, hendak ku temui mawar merekah.
Meraihmu temani diri.

Menatimu
Bermain dalam seloka mimpi.
Mendendang rindu beriramakan harapan.

Terkulai dalam tawa
Bergulai pesona meratapmu, sejuk.
Bak tanah meronta terhujani.

Nafas terengah,
Kaki enggan berubah.
Biarlah senyummu memenuhi pandanganku.
Biarlah indah tetap dalam senyum anggunmu, bukti kebahagiaanmu.
Karena aku masih tetap begini,
Mengagumi dalam rahasia yang belum kau ketahui.

Semoga saja Sang Pencipta
 mengerti akan hati yang mendambamu.
Lalu perkenankan aku dalam rebah ketaqwaan diri memilikimu,
dalam sulur-sulur citaNYA.




















COBA DAN DUKA

Labirin  ke-3                                                       muzaelfarabi

Salahkah...
Patutkah...
Mungkinkah...

Aku coba tegakkan hati ini
Berharap keyakinan tertaut dihatimu

Hukumkah ini...
Atau karama...

Aku coba mengabtraksi mimpi
Setengah hatikah
Atau hampa?

Aku coba menapaki serpihan bara
Agar tak ada lagi ragu.

Bila matahari pulang dalam pembaringan beri sorot cahaya terhadap malam.
Dapatkah aku yakinkan terhadapMU tentang cinta.
Dapatkah aku yakinkan terhadapMU tentang khauf.
Dapatkah aku yakinkan terhadapMU tentang Roja’.

Aku mencari diriku sendiri dalam ramai yang berhakikat sunyi.
Aku mencari diriku sendiri dalam terang yang berhakekat gulita.
Maka teguhkan aku dengan perjumpaanku dengan Taqwa diri.
Wahai Dzat pemilik diri.

















ISAKAN DIRI

Labirin  ke-4                                                       muza elfarabi

Telah aku lewati kafilah-kafilah kehidupan
Tawarkan aku lari dari cintamu, menghapus ragamu dari rahang hatiku.
Hingga aku lepas bayang mu dalam semak kehidupanku yang terasing.

Sadarlah aku seorang diri dari lumatan jeruji yang bengis.
Yang hampir saja meluluhlantakan hati.
Hati dimana terdapat cinta yang aku jaga.
Untukmu dalam pengahambaan.

Aku telah rasa..
Engkaulah titian langkahku,
Bangkitkan aku dari rana duka.

Biarlah disini aku ditemani bayangmu yang telah aku simpan.
Sejenak teguhkanku dalam isakan nafasku.
Isakan yang sebentar lagi menjemput kepergian ruhku.

Dalam sadar aku ucap.
Tak usah kau rindu kepergianku,
Karena Allah lebih pantas menerima rindu.
Tak usahlah kau berat hati telah aku tinggali,
Karena Allah tempat hatimu berlabu.

Sungguh aku takkan sanggup
menatap lelehan yang airmatamu.
Karena terlalu lembut hatimu. Ketulusanmu.
Maka kepergianku yang takkan menyisakan usia,
Tetaplah hatimu dalam lafazh keridhaanNYA.















TAK SEBERAPA

Labirin  ke-5                                       muza elfarabi

Betapa tidak, kini teramat aku ingin begitu menyayangimu.
Meski tak seberapa tau hatimu untukku.
Dan atau ruhku yang meridu Pencipta, dirimu dan aku.

Kilauan hias mengernyitkan mata yang sayu.
Dalam ratapan yang kunjung tak bertemu.
Dan atau ruhku yang merindu Pencipta, dirimu dan aku.

Dalam syukur yang belum utuh, bertengger kufur diri yang tak terkendali.
Dalam takjub diri menggenggam fitrah bersamaan dengan ketakutan diri dalam bayang lalai.
Cinta dan amanah.
Aku ingin menjagamu, dalam dekap RidhaNYa.

Tak seberapa tau serta tak seberapa mungkin,
Cintamu untuku serta bersanding melainkan takdir.
Aku ingin menjagamu, dalam dekap erat RidhaNya.

Tak seberapa aku  tau,
Hatimu, melainkan Allah yang maha tau.
Tak seberapa aku mungkin,
Menjagamu, melainkan Allah yang pasti.






















AKU

Labirin  ke-6                                       muza elfarabi

Langit teramat luas aku pandang,
Tak cukup mataku meratap
Sayu nan nanar mata merayap

Semesta terlampau luas aku pandang,
Tak cukup kakiku menyisir
Kaku nan lumpuh kaki membentang

Aku masih aku si jahil
Aku masih aku si fakir
Aku masih aku si hina

Akukah aku di kemarin hari
Akukah aku di kelam sunyi
Akukah aku di gulita gelap

Aku ingin duduk dalam mihrobMU
Aku ingin sujud dalam singgasanaMU
Aku ingin menggatungkan diri pada kehendakMU
Kuatkan dengan QudrotMU

Jaga aku dengan ampunanMU
Basuh hatiku dengan telaga RahimMU
Terangi jalanku dengan RahmatMU
Izinkan ku sujud manja dalam KeridhaanMU

















Di KELABU HIDUP

Labirin  ke-7                                       muza elfarabi

Dunia ini teramat luas aku pijaki, namun entah mengapa begitu menyesakkan dadaku.
Nafsu mencabikan-cabikan nurani.
Aku bertengger diatas kehidupan yang melenakanku, merapuhkan dzikir-dzikir hati.
Teramat sulit untuk mengenaliMU dengan hati yang menghitam. Pekat, kelam.

Ketakutan
Tiba-tiba menerkam ragaku hingga lusuh
Meruak jiwa yang miskin akan ibadah
Hidup tercekal mati

Kengerian
Mencekik kuat jiwaku hingga remuk
Membom bardir hati yang enggan tertunduk
Hidup tercekal mati

Teramat naas ruh yang tak terampuni
Teramat getir jiwa yang tak di suci

Allahummaghfirli wali wali dayya, warkham huma kama robbayani shogiro..
Ridhai langkahku dalam jalanMu.























AKU dan MASA

Labirin  ke-8                       muza elfarabi

Sakit yang kini membekuk ragaku
Menyeruak dalam sel-sel hidupku.
Betapa lemah dan tiada arti hidup dalam kesiaan.

Ibadah terhias nafsu,
Shalat menjadi hilang mutu.
Kebaikan berwajah ria,
Shodaqoh  serta infaq menjadi sirna.

Aku yang masih jauh,
Buta diri akan sayangMU.
Aku yang jauh hina,
Melara diri dari ampunMU.

Aku merunduk dalam gelimangan malu nan lara diri, getir nan kesakitan yang tak pernah aku sadari dalam masa-masaku.
Aku tergolek dalam luluh lantah remuk diri, linu nan memar yang tak pernah aku sadari dalam episode diri yang semakin merugi.

Aku yang menyisakan ingatan pahit,
Aku yang menjerit sakit,
Aku yang yang  dircekik terhimpit.
Aku yang kini meminta izin mengecup sajadahMU.
Aku yang kini memohonkan mampir dalam ka’bahMU.
















Cukup aku yang begini

Labirin  ke-9                                       muza elfarabi

Saatku termenung dalam dilema
kusibak h
ari demi hari yang memasa
berjalan m
enyisir mimpi nan hampa
Terus mengusap diri dengan keburaman penuh durja.
Tiada pelita, apalagi cahaya.

tibaku tercengang
terpaku diam,
saat mata terjelali keelokan.
panc
aran cahaya hadir menghujam diri, indah nan damai
permadani
yang lembut siap aku pijaki,

Kutemukan
sosok teduh dalam taman cahaya, batinku lirih.
Aku dekati sesosok itu.
Aku hendak bersandar dalam peraduannya.
Dalam tenuh nan tentram.
Tapi, tangan iblis terus mencengkeramku.
Nafsuku dilanda durja, hingga meperdayaku.

Aku menjerit, tapi hanya menanbah sunyi.
Aku mengaum, tapi menambah sayu.
Lalu sirna segala cahaya, lalu mati aku dalam gelap hati.

Jangan kau ikut aku disini, wahai diri yang baru.
Jangan kau ikuti aku disini, yang mati dalam ingkar diri.
Cukup aku yang begini, terlumat kengerian diri.
Cukup aku yang begini, tenggelam dalam durja diri.
Cukup aku yang begini, yang menjebur diri dalam neraka abadi.
Berhenti..!!!
Cukup ikuti hatimu serta tuhanMU.

 

 

 

 

 

 

 

Epelog diri


Labirin  ke-10                                    muza elfarabi

Selaksa pasukan berpedang,
awalku keluh menatap meriam lawan,
cintamu adalah kekuatan terbesarku.
Neski aku tak tau setelah itu.

Kuberlari mengajungkan pedang
dengan gagahnya, yakin akan hatiku, hatimu.
Hingga na
as menggerogoti sarafku,
tak hanya pedangku yang sirna.
Tubuhpun lunglai, kau abai kepercayaan hati.
k
epercayaan atas hatiku,
hingga monster bermata merah mencabik hati ini,
sirna.

Sa
atku sadar diri,
aku yang kini terbaring diantara kepingan hati yang mendebu,
terjemput ngilu,
terkilu oleh kepalsuanmu.
Seonggok fatamorgana.

Lalu Izrail menatapku heran
Sontak aku terperanjat, “mati” gumamku.
Kalut tentu saja menyeluruh.
Kengerian tentu saja penuh.

Rupanya tuhan iri padaku,
Aku lebih mencintai ciptaan dari pada pencipta aku.
Aku lebih nikmat bercumbu dengan dunia dari pada pencipta aku.

Namun aku sadari ragaku hina,
Bibirku terlalu lancang menggunjingMU, daripada memujiMU.
Kakiku lebih lenggang menjauhiMU, dari pada sujud tersungkur dalam sujud hingga benjut.

Namun aku sadari ragaku akan hancur,
Terlumat belatung-belatungMU.
Tercekik kafan yang membungkusku.
Beribu cambukan halilintar siap meledakkanku sekonyong-kongong.
Barapun siap melahap tubuhku, jarum-jarum besi besarpun akan nikmat melumat tubuhku. Lalu aku hancur, utuh lalu hancur. Begitu seterusnya.

Aku sadari, sebelum diri mati.
Ingin aku berbenah diri, sebelum izrail menghampiri.
Aku ingin menghirup kasturi, sebelum membusuk diri.
Aku ingin memeluk hakikiMU, sebelum ruh terpsah diri.

AKUKAH AKU??
Labirin  ke 11                                     muza elfarabi

butiran pasir mengurang dalam usiaku,
tak terasa terus menguap begitu saja,
tajamkan waktu dalam terpaan hadirmu.

Akukah kaku itu
?
dalam masa yg akan terbagi.
Dalam dimensi yg semakin terpisah

Akukah pasi itu
?
dalam senja yg belum sempat terjawab.
Dalam gulita yg belum sempat berucap kata

Akukah hamba itu?
Dalam sujud yang masih terasing,
Dalam ruku’ yang masih terjungking,
Dalam takbir yang masih terbaring,
Dalam dzikir yang masih terhening.
Akukah ciptaanMU itu?
Dalam kemubhaman yang semakin menguasa,
Dalam kehinaan yang semakin meraja,
Dalam kufur yang semakin kufur,

Lalu akukah aku yang harus Meng-AKU-i AKU-MU?
akuku, akuMU.
ruhku, ruhMU.
Sujudku atasMU dalam keAKUan PenciptaMU.

Pantaskah aku Ya Rob?

Labirin  ke-12                                    muza elfarabi

Ratap peluhku atas rajutan maqom diri.
Malu keluhku atas gunungan dosa diri.
Terbuai syahdu atas lalai iman diri.

Aku sadari itu,
shalatku, sujudku dan ibadahku masih mengharap duniawi.
Hanya sisakan isakan perih atas sesal yg sesakkan raga.

Sampai pada ambang masaku..
Aku ratap sebuah pintuMU..
Ku sisir manusia disekelilingku, amat mulia dimataku..
Akupun ragu,
ada bercak kesayuan
"pantaskah aku masuk dalam taman syurgaMU, dengan tanpa penghambaanku?"




















Episode kusam

Labirin  ke-13                                     muza elfarabi

Muka penuh debu, lusuh.
Nampak seperti pengembara padang pasir,
sebias matanya mengisaratkan  terlalu sering menelan kerasnya kehidupan.
Baju yg amat tak layak menutupi tubuh pemuda itu, kumal. Hitam legam.
Dengan tubuh yang teramat kurus, menyisakan tulang dan kulit,
Persis seperti boneka jerami, tulang dan kulit yang tertutup kain lusuh.

Airmata'y berderai hampir mengering..
Tubuhnya kini tergolek lemah, sesekali ia mencoba bangkit.
Namun, lagi-lagi tersungkur.
Kedua kakinya lemah.
Perut yang semakin mengecil.
Aduhai nelangsa pemuda tersebut.

"YA ALLAH, acap kali aku melangkah kesurau-MU, tapi diri serasa semakin jauh.
YA ALLAH, seringkali aku berharap, singgah dalam surau-MU. Sujudkan diri pada-MU didalam surau itu, bersenda gurau bersama hamba yg Engkau pilih.
Ya Allah, hidupku dalam kuasa-MU.
Izinkan aku mensucikan diri dengan ilmu2-MU dalam surau itu.
langkahkan aku lebih mengenal-MU.
NAMUN jika tidak, maka golongkanlah aku dalam orang yg Engkau ridhai"

Demikianlah do'a yg terlantun dari bibir pemuda itu.
 Di iringi sahdu tangis yang terus mengiris.










Tak seperti Qays

Labirin ke-14

Aku tak ingin seperti Qays
Tenggelam dalam aniaya diri, demi layla idaman hati
Aku tak ingin seperti qays
Mengumbar hati dalam pelataran dunia yang menghianati

Aku tak ingin seperti Qays,
Karena aku takkan menjadi sepertinya.
Dan aku bukan pula dirinya.

Aku ingin aku sendiri, atas titah Rabb ku,
Yang menjadikan kekurangan sebuah kesempatan,
Kesempatan menggantungkan diri
Diri dalam damba ilahi.
Yang menjadikan kelebihan sebuah kekuatan,
Kekuatan dalam istiqamah.

Ya Robbi,,,
Bimbing aku dalam rajutan cinta yang mengakar padaMU.
Bersama hamba yang engkau taqdirkan kehadirannya mengiringi sujudku.
Dalam perjalanan penghabaan teruntukMU.














Ibarat

Labirin  ke-15                                    muza elfarabi
Aku adalah langkah,
Peribaratan, Aku yang dengan satu kaki,
Sedang kaki yang satu enyah lunglai.
Adakah langkahmu utuh?
Sekedar sempurnakan langkahku.

Ibarat, aku seekor merpati,
Satu sayap rapuh melapuk
Hingga aku jatuh tertumpuk berbuduk.
Sudikah kira hatimu disini?
Sekedar kukuhkan imanku.

Ibarat, aku seekor kunang-kunang.
Sejati jauh dari sempurna, yang menanti senja akan menjemput gulita.
Gulita yang mengakui keberadaanku.
Senja yang buatku bermakna,
Maukah engkau menjadi senjaku?
Untuk utuhkan ketaqwaan diri.

Monolog diri

Labirin ke-16                     muza elfarabi

Jikalah takdir masalalu akan kembali meruak hati, lemah rintih menindih,
dalam aniaya seorang diri.
Jikalah perih kemarin kembali menyendat leher,
sesak nanar menggarami perih. Lalu kaku dan pasi.

Jika seandainya sembilu semasa lampa
u  kembali mencabik raga,
terlunta kaku darah menenggelam diri dalam kenistaan melanda.

jikalah demikian
ada menindih. Jika itu keputusan MU,
berilah hikmah serta rahmat MU untuk sekedar mendewasa IMANKU.
Rebahkan aku dalam sujud kekaffahan diri dengan segumpal ketakwaanku.