Senin, 31 Desember 2012

SAMPAI PADA MIMPI KEDUA




“Pada-Mu aku titipkan Niat dan Tekad ini, untuk kesekian kalinya.”- Muhammad Zuhri Anshari

December 31, 2012



Bissmillahirrahmanirrahiim
Gemericik hujan memenuhi penghujung hari tahun 2012, basahi bumi Yogyakarta.
Sore ini, Saya menghatamkan 5 cm. Ada beberapa kalimat yang berkali-kali menggetarkan tubuhku

1.   Yang bisa dilakukan seorang makhluk bernama manusia terhadap mimpi-mimpi dan keyakinannya adalah mereka hanya tinggal mempercayainya.
2.   Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter di depan kening kamu.
3.   … perlu kaki yang akan berjalan dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama daripada biasanya, leher yang akan lebih sering melihat keatas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan haji yang akan lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdo’a.

     Kelimat itu begitu bernyawa, sehingga ia begitu hidup. Ditambah lagi Donny Dhirgantoro, Penulis Buku 5 cm, bersama sahabatnya berhasil menguji cobakan tiga kalimat ajaib diatas.

     Di penghujung hari ini, tahun 2012. Banyak keajaiban-keajaiban kecil yang aku temui (padahal keajaiban besar… yaah manusia), barangkali tidak aku sadari betapa Allah dengan cuma-cuma memberikan mimpi kepada manusia untuk terus begerak maju dan terus melakukan Ibadah dan Ikhtiar dengan istiqomah. Itulah mengapa Allah menciptakan Syurga dan Neraka untuk manusia. Adalah untuk terus bermimpi dan mewujudkannya.

     Saya jadi teringat ucapan Kang Ari pemateri pelatihan the Miracle di JEC bulan 4 Februari lalu. “Mimpi (Dream) itu sama dengan Komitmen,” Jadi orang yang memiliki mimpi bukanlah orang yang sedang “ngigo”, tapi ia berkomitmen untuk bergerak lebih baik, untuk lebih bermanfaat bagi halayak. Toh, Allah sendiri yang berfirman kalau kita manusia ini diberi kesempatan untuk berencana (bermimpi), meskipun segala macam putusan berada pada taqdir-Nya. Maka sepakat jika kalimat ini adalah konsep idealis seorang yang berani bermimpi dan berani mewujudkan mimpi. “perlu kaki yang akan berjalan dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama daripada biasanya, leher yang akan lebih sering melihat keatas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan haji yang akan lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdo’a.”

     Selain itu, saya juga teringat beberapa kalimat dari Novel 5 cm. yang pada intinya menjadi manuisa yang baik itu amat sangat sulit, orang lebih memilih menjadi sarjana yang baik, dokter yang professional, pendidik yang credible. Namun kita, saya pribadi sering melupakan bahwa rasulullah saw bersabda Khairunnas anfa’uhum linnas, tulisan yang dari sejak aku kecil sampe sekarang masih tertempel di Rak Buku Ayah. Baru aku sadari saat ini setelah menghatamkan 5cm. Kaitannya dengan mimpi adalah, kita diharapkan bisa menjadi insan yang bermanfaat setelah berani bermimpi, dan berani mewujudkan mimpi.

Cukup sampai disini mengenai uraian mimpi.
Terus ngapain???

Curcol deh sekarang,
Aku jadi teringat, satu tahun lalu. Persis ditanggal yang sama.

     Keajaiban ini membawaku untuk menyetujui bahwa kesulitan hidup bukan dijadikan alasan untuk menyerah. Malam itu, 31 Desember 2011, saya bersama keluarga baru di Himpunan Jurusan, EDSA, sengaja memilih rumah Mb’ Vita sebagai tempat untuk “muhasabah” di akhir tahun.
Bukan kejadian malam itu yang ingin saya ceritakan, tapi kalimat Mb’ Vita yang bener-bener menyihir kita semua pada malam itu. Adalah “Di dalam samudra yang ganas, akan terlahir nahkoda yang hebat”

Kaitannya ama mimpi apa???

Gini, kita barangkali sama-sama punya mimpi. Atau merasa hidup ini selalu bermasalah. Nah, percayalah bahwa kesulitan, kegagalan, kesakitan, keedihan atau keburukan yang kita jallani untuk mewujudkan mimpi itu akan melahirkan kita menjadi orang-orang hebat.

Jadi bermimpilah,

Lanjut, nah ini baru curcol yang sebenarnya. #Waduuhhh…

Aku menyebutnya “mimpi kedua” setelah pesantren impian yang pada akhirnya pesantren impian itu belum jua aku duduki. Tapi bukan berarti Allah ga ngabuin janji-Nya. Hanya saja Allah lebih tau yang apa yang saya butuhkan dengan mengganti Pesantren Gontor menjadi (1) P.P. Santun Muhammadiyah; (2) P.P. Nuurussiddiiq; (3) P.P. Raudlatuth Thalibin, dan (4) P.P. Assanusi.

Mengenai mimpi kedua, ia lahir awal 2012 lalu.

     Berawal dari ketakjubanku pada buku Negeri Paman Sam, dan membuatku ingin melanjutkan study S2 di sana. Namun anehnya keinginan untuk melanjutkan s2 di negeri itu tidak mampu menggetarkan azzam pada diri ane (baca; Saya).

     Entahlah, terlepas dari persyaratan administrative atau kebijakan. Barangkali aku termasuk orang yang ortodok. Tapi aku ingin ketika kuliah bukan saja ilmu umum yang aku peroleh, tapi ada sisi religi untuk bisa aku pelajari dan amalkan. Itu titik utama untuk menyusun rencana pemenuhan administrative terkait GPA dan hal lainnya. Bayanganku mulai menerawang ke negeri paman sam. Semua terasa biasa saja.

     Kemudian saya mengadukan polemic itu pada Mama (Ayah), beliau cuman bilang “Dulu mama sempat baca majalah sabili, di Malaysia ada universitas yang dulu mau didirikan di Indonesia tepatnya di aceh, namun waktu itu Pak Harto bilang Indonesia bukan Negara Islam. Nah, akhirnya ga jadi didirikan disini. Di univ itu kuat banget sentuhan religi-ya, barangkali kamu bisa kesana nanti setelah tamat S1.”

     Waktu itu ayahku hanya menyebutkan OIC, yang kepanjangannya saya sendiri ga tau. Akhirnya pemburuan dimbah google pun dimulai. Berburu mencari nama universitas itu. Anehnya, azzam dan himmahku naik begitu tajam ketika mencari nama universitas yang kental dengan sentuhan Islam itu.

     International Islamic University Malaysia- nama itu aku temukan. Dan bergetarlah tubuh ini ketika bertemu nama itu. “Aku bulatkan Azzamku,” membatin.

     Cinta itu mengalir begitu saja ketika membaca filosofi kampus IIUM, takjub dengan pengamalan tauhid dan Iqra’ disana. Tanpa aku sadari, mata dipenuhi cairan yang hangat. Nafas terengah, dan rindu itu tertanam pada kata “Garden of Knowledge and Virtue”, belum lagi empat semboyan yang semakin membuatku teringat pada kisah kecilku ketika bertemu dengan mimpi pertamaku, Gontor. Yang pada saat itu melihat gontor sama kayak melihat gulali. Bedanya kali ini aku seorang yang sudah berusia (Dulu anak-anak dan masih unyu-unyu hahaha).

     Pertemuanku dengan IIUM Ibarat seorang musyafir yang sangat kehausan ditengah perjalanan. Persediaan makanan sudah habis, minuman pun tidak ada. Sehingga tidak ada lagi hal lain yang lebih dibutuhkan dan menyilaukan mata selain seteguk air. Allah memang Maha Tau. IIUM nampak seperti danau yang dipenuhi air, dan disekitarnya ditumbuhi tetumpuhan yang hijau, buah-buahan yang masak, serta bunga-bunga yang harum mewangi dimana langit begitu biru menentramkan. Subhanallah, mimpi itu ama indah.

     Butuh Perjuangan untuk mencapai danau yang dipenuhi air, dan disekitarnya ditumbuhi tetumpuhan yang hijau, buah-buahan yang masak, serta bunga-bunga yang harum mewangi dimana langit begitu biru menentramkan memang tak mudah. Aku sempat kaget ketika melihat persaratan S2 yang amat ketat. Bahkan sempat ingin berhenti saja dan menyerah. Tapi aku sadar, Allah tidak menyukai orang yang berputus asa. Mas Donny sudah membuktikan kesuksesannya melalui semua pedihan bahkan kesengsaraaan selama pendakiannya ke Mahameru dan akhirnya dia meraih hal yang manis setelah kesengsaraan itu.

     Kalimat ini ada benarnya “Dunia ini bagaimana kita, ketika kita berfikir permasalaha ini sulit, maka sulit. Tapi kalau kita yakin bahwa masalah ini mudah maka mudah pula,” lagi pula Allah dalam Firman-Nya menegaskan “Aku adalah seperti prasangka hambaku”, ketika saya berkhusnudzon padanya maka itulah yang Allah berikan pada saya. Tugasku adalah  meyakini bahwa setelah kesulitan ada kemudahan. Dan kegagalan bukan tanda bahwa Allah tidak adil, tapi Allah maha tau yang kita butuhkan.

     Integration, Islamization, Internationalization, Comprehensive Excellence. Empat misi yang bener-bener membuatku semakin ingin berada disana, guna membekali diri untuk menjadi “Khairunnas”. Pokoknya Go IIUM 2015…!!!


Sebelum berlanjut, Ini ada beberapa foto IIUM yang sempat saya download;

Ini Logonya, Maknanya Subhanallah banget.

Nah kalau ini tugu Iqro'

Ini sebagian Kampus IIUM

Ini Perpustakaan
     Dari Foto-Foto diatas, ada satu ini yang paling aku sukai. Foto salah sutu wisudawan yang berhasil aku download dan sering banget aku jadikan PC di FB, di Bloger juga pernah, ama di Twetter juga.

  Yahhh…Itung-itung visualisasi mimpi. Hahaha, dan itung-itung mempromokan wisudawannya juga. Hehehe. Kayaknya bahagia, dan penuh haru banget suasana di Foto itu.

emmmmhhh...
Nahh ini dia, taaarrrrrraaaa…..

Ini Visualisasi Mimpiku, InsyaAllah :D

Sayang benget Istrinya ga ikut serta, hehehe. Tapi tetep bikin aku ngiler.

Beralih lagi,

Ohya. Desember lalu,
aku mencoba meniti langkah untuk bisa mengobati rindu itu dengan mengirimkan abstracts untuk World Conference yang diadakan IIUM. Kekuatan itu mengalir deras, dengan tekad yang kuat aku terus mencoba walau akhrinya “It has not been accepted” yang aku peroleh dari committee. But it’s okay, setidaknya aku terus melangkah. Semua akan ada waktunya. Miskin ane (Baca; betapa kesihan saya) hehehe. But, melangkah lagi…!!! Optimis Hati, dan terus Istiqomah. Go IIUM Januari 2015 !!!. Dua tahun lagi terhitung 2013…. Bismillah.


Malam ini, sebelum 2012 berahir. Aku tidak ingin menutup mimpi ini begitu saja, perjalananku baru dimulai dengan berbekal;

Satu
“Iqro’ bismirobbikalladzi khalaq”- Allah SWT

Dua
“Khairunnas Anfa’uhum linnas”- Rasulullah SAW

Tiga
“Jangan pernah berhenti berdo’a dan bersyukur”- Mimi

Empat
“Allah itu ngasih kita sesuai prasangka kita terhadap-Nya, selain itu Dia Maha Tau yang kita butuhkan”- Mama

Lima
“Santri babakan ngamal Qur’an aja setengah-setengah”- Kyai Sarif Hud Babakan (melalui mimpi)

Enam
“Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter di depan kening kamu.… perlu kaki yang akan berjalan dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama daripada biasanya, leher yang akan lebih sering melihat keatas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan haji yang akan lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdo’a”- Donny Dhirgantoro 5cm

Tujuh
“Man Jadda Wa Jada”- Ahmad Fuadi N5M
Semoga dengan ini, Allah menganugrahkan keajaiban serta keridhaan. Amiin
Huhhhfft sampai diujung curcol juga neh, Semoga apapun yang Saya, Pembaca, dan semua yang memliki mimpi bisa kita wujudkan. Amiin.

WaallahuA’lam bishshowab, Alhamdulillah.





Minggu, 30 Desember 2012

AKU, DIA & TONG SAMPAH


Hari ini, ahad. Bingung mau ngapain. Padahal ini hari libur. Hahaha. Daripada kosong dan nganggur, iseng deh review film. Film ini berjudul Aku, Dia dan Tong Sampah. Judul yang menggelikan, tapi sarat makna. Film ini di buat di Malaysia oleh Playground Production dan di bintangi oleh;
Sharnaz – Siti Saleha
Amir – Beto Kusyairy
Hazwan – Razif Hashim
Dianne – Memperkenalkan Liyana Van Der Sijp
Tok Wan – Fauziah Nawi
Mama Dianne – Zizi Zulkifli
Mama Amir – Tania Zainal
Bagaimana ceritanya?
Akhirnya, saya Zuhri.... Oppps, langsung aja dehh Semoga ini bisa mewakili, jrengggg……




AKU, DIA & TONG SAMPAH
Sharnaz Sabri. Gundah memenuhi hatinya, masih ia sokong tubuhnya yang hampir roboh didepan sebuang tong sampah berwarna biru. Seikat surat-surat cinta yang digenggamnya hendak ia masukkan kedalam tong sampah dengan harapan segala kisah cinta turut pergi bersama surat itu. Namun kenangan yang perih itu pun masih amat sangat berharga, sehingga keraguan menyergapnya.
“Brukk” gadis itu menubruk Amir, lelaki yang hendak membuang berkas-berkas surat yang diikat persis seperti kumpulan surat Sabri. “Maaf, ” sepontan Sabri mengambil seikat surat-surat itu dan berlari. Amir terheran, dan ia melanjutkan niatnya membuang berkas-berkas surat yang nyatanya sudah tertukar.
Keesokan harinya, Sabri mendatangi rumah Amir yang tidak jauh dari tong sampah biru itu untuk meminta surat-suratnya dikembalikan karena tertukar. “Sudah I buang suratnya, I kira itu surat I,” Tanggap Amir saat ditagih surat yang tertukar itu. Airmata pun tumpah ruah, Sabri sangat menyesal. Amir, lelaki yang belum Sabri kenal mencoba menenangkan dan meminta maaf atas kesilapannya. Namun Sabri makin menjadi, larut dalam tangis.
Tong sampah biru. “Oke-oke,” jawab Amir yang dimintai kesediaan untuk menjalankan sebuah rencana yang direncanakan Sabri untuk mantan kekasihnya, Hazwan. Lelaki yang sudah membuatnya merasa lelaki didunia ini hanya Hazwan. Sayang itu menancap dalam kedalam hatinya, namun sayangnya Hazwan memilih untk mengahiri hubngan tersebut.
Amir menjalani perjanjiannya dengan Sabri. Di mulai dengan menjadi “Kekasih Palsu”-nya Sabri untuk mencari tau respon Hazwan, dan mencari tau apakah Hazwan masih peduli terhadapnya atau tidak. Sementara Hazwan sendiri memilih berhubungan dengan Dianne menjadi pacarnya.
Pagi hari, mentari sudah kokoh menyinari bumi. Cahayanya memberi warna pada benda yang ia soroti. Di sebuah taman, Amir dan Sabri melepas kepenatan. Sabri masih dihantui persaan kepada Hazwan, meskipun kini ia mulai merasa nyaman dengan lelaki disampingnya. Obrolan dimulai dari postingan video Amir yang mengalami kenaikan rating like dari pengguna social media. Berlajut tentang Hazwan. Sabri bersedia tidak memenuhi mimpinya, melanjutkan S2, kalau semisal dia kembali dengan Hazwan. “Awak sanggup korbankan impian awak untuk orang macam tu ?.”, “Macam tu, Tul” Jawab Sabri, “Tapi kalau dia betul-betul sayang, dia takkan suruh awak korbankan impian awak untuk dia”. Semua terdiam, hanya helaan nafas panjang yang terus berdesis. Danau turut menyaksikan kesunyian itu. Kalimat Amir berhasil meresap dalam relung jiwanya.
Kebersamaan Amir dan Sabri makin menjadi. Hingga pada suatu kesempatan Sabri diminta Amir untuk menyetir mobil pulang ke rumah ibunya. Sesampainya dirumah, Sabri sudah langsung akrab dengan Ibunya Amir. Dari mulai memasak hingga merapihkan makanan, Sabri turut serta. Sehingga bukan Amir saja yang terkesan kepada Sabri, Ibu Amir pun ikut terkesan. Mereka larut dalam kehangatan antara ibu dan anak.
Kisah terus berlanjut. Konflik muncul ketika Dianne yang sebelumnya mempunyai hubungan dengan Amir, mendatangi rumah Amir untuk merajuk. Begitu pun Hazwan merasakan penyesalan yang dalam telah melepaskan Sabri ,yang kini semakin dewasa namun tetap menjadi dirinya sendiri, untuk kembali merajuk. Tanpa mau menjadi orang lain.
Malam itu, sabri bersama Hazwan dalam satu mobil. Hazwan mengatakan penyesalannya dan meminta Sabri kembali kepadanya. Namun ketika sabri mengatakan ia ingin melanjutkan mimpinya, sontak Hazwan menolak. Lalu hazwan buru-buru mencabut ucapannya. Nasi sudah menjadi bubur, ucapan itu sudah decerna dengan baik oleh Sabri. “Turunkan I disini, ” Sabri meminta Hazwan untuk menurunkannya. Sabri pun keluar dari mobil dan berlari ketempat acara pemilihan “Raja-Ratu” untuk menemui Amir yang dia tinggal disana. Sesampainya di tempat, Sabri melihat sosok Amir berdiri mematung dan merebahkan tumpuan ditembok. Sabri semakin mendekat. Namun tiba-tiba sosok Dianne menghapiri Amir, dan keduanya pergi tanpa mengetahui kehadiran Sabri.
Seusai dari itu, Sabri memilih menenangkan diri disamping tong sambah biru dibawah rembulan yang semakin meninggi. Tanpa ia sadari, Amir memergokinya. “Malam-malam dekat tong sampah”. Sabri pun slah tingkah. obrolan pun berlanjut, sampai pada akhirnya kalimat “Kalo dia cakap happy bersama awak?”-ini terurai lembut dari lisan Sabri. Keduanya tersenyum tanda setuju. Seiring cinta yang satu. Aku, Dia, dan Tong Sampah.

Sudahhhh kelarrr, heheheeh. Semoga bermanfaat….

Jumat, 09 November 2012

PADA-MU AKU BERSIMPUH



PADA-MU AKU BERSIMPUH
(GOLA GONG)
by; zuhri


Bayi mungil tak berdosa itu dibuang di stasiun kereta api- Bayi mungil, cantik yang kelahirannya tidak diharapkan oleh kedua orangtuanya di karenakan status hubungan keduanya tidak sah secara agama. Hari Natadingrat pengusaha sukses melakukan hubungan yang tidak sepatutnya dilakuakn oleh siapapun sebelum menikah, Natalia, Aktris sekaligus model yang menjadi simpanannya.
Beruntung bayi itu Allah pertemukan dengan Bik Etik, ibu penjual nasi uduk, yang mengajarkan dan mendidiknya seolah anaknya sendiri. Di tangan Bik Etik lah Siti Nurkhasanah, nama bayi itu, tumbuh menjadi anak yang salihah.
Anah, nama panggilan bayi itu, tenggelam dalam tangis yang dalam ketika Bik Etik meninggalkannya untu pulang dalam rumah singgah menuju kehidupan abadi di usianya yang ke sepuluh. Itu berarti Anah benar-benar yatim piatu. Beruntung, atas kebaikan Bik Etik yang selalu memberi sarapan gratis untuk Pak Soleh, Pengemis yang memiliki satu kaki, akhirnya Allah membalas kebaikannya pula dengan kesediaan Pak Budiman menjadi Bapak Asuh anak pungutnya, Anah.
Bersama Basir, dan Hakim, Anah mendapat penjagaan dari keduanya. Terutama Basir yang selalu setia menemani Anah, bahkan dia menjadi kakak yang siap melabrak siapa saja yang mencibir Anah sebagai “anak yang tidak memiliki identitas jelas”. Baik Basir maupun Hakim, keduanya mencintai Anah, dan hal itu tercium oleh Pak Budiman ,Ayah mereka sendiri, Pengusaha sekaligus Pemilik Pesantren. Hanya saja Hakim lebih memilih diam, dan menyimpan persaan itu. Berbeda dengan Basir, yang lebih menampakkan perasaannya pada Anah namun Basir tidak terang-terangan mengatakan bahwa ia mencintai Anah.
Anah yang akhirnya memiliki persaan yang sama terhadap basir, namun ia juga menutupi hal itu. Anah takut mencoreng nama baik keluarga Pak Budiman. Ayah Asuhnya. Sampai pada suatu malam pelepasan SMA, Anah dan Basir di jebak oleh Dicky CS. Dicky berhasil membujuk Anah untuk dia antar pulang dengan mengatas namakan peritah dari Basir yang ternyata Basir juga di jebak di Royal oleh orang suruhan Dicky. Di Mobil, Anah di bius dan tidak sadarkan diri.
Anah sangat kaget ketika ia sadarkan diri dan pekaiannya telah tanggal. Dicky-pun kaget karena obat bius itu tidak berkompromi dengan kehendaknya. Dengan nafsu syaitannya, Dicky terus berusaha agar tidak menyia-nyiakan rencananya menyetubuhi Anah. Di tengah kalut yang amat dalam, Allah menolong Anah. Tedi, rekan Dicky, mendobak pintu dan menyelamatkan Anah. Tedi meminta Anah untuk pergi, sementara ia mencekal Dicky yang akhirnya Tedy terbunuh oleh Dicky.
Anah merasa telah kotor dan telah mencoreng nama baik keluarga Pak Budiman. Bahkan ia segan untuk bertemu Basir, takut basir menganggapnya gadis murahan dan kotor. Anah pun lari kepantai, berharap bisa mensucikan diri. Namun akhirnya Anah tidak sadar diri.
Anah jatuh kedalam luka dan kengerian, Allah dengan kemurahan-Nya mempertemukan Pak Rahmat dengannya. Pak Rahmat membawa Anah kerumah ketika Anah tidak sadarkan diri. Keluarga Pak Rahmat merasa senang dengan kehadiran Anah. Kemudian Anah meminta izin kepada Pak Budiman untuk bisa tinggal di Jakarta bersama Keluarga Pak Rahmat karena ia butuh ketenangan dan ingin melupakan kejadian pahit bersama Dicky. Pak Budiman pun mengizinkan, dan akhirnya Pak Rahmat menguliahkan Anah di Kedokteran dan mengabulkan cita-cita untuk menjadi dokter.
Tujuh tahun berlalu, genting lagi-lagi menyandra Anah ketika mendengar Pak Budiman menjadi korban tabrak lari orang suruhan Dicky. Detik-detik terahir kematian, Pak Budiman mewasiatkan kepada Anah dan Hakim untuk menikah.
Beberapa hari setelah menikah, sembilu menyayat hati Anah dan mengucurinya dengan garam. Perih, sangat perih. Ketika Basir berhasil mengungkap teka-teki dari kotak titipan Buk Etik. Akhirnya Anah tau bahwa Hari Natadiningrat, pemilik klinik tempat dimana dia bekerja adalah ayahnya sendiri, ayah yang tega membuangnya. Namun Anah dengan besar hati memaafkan Ayah dan Ibunya. Di akhir cerita, Anah pun kembali berkumpul dengan Ayahm dan Ibu Kandungnya.



Alhamdulillah

Minggu, 04 November 2012

BIARKAN AKU JADI MILIK-MU (GOLA GONG)



Malaysia, tempat yang menjadi pilihan Hakim untuk mengajak Anah berbulanmadu. Suka cita membubuhi perasaan Anah, itu artinya Hakim akan menyentuhnya setelah sekian lama Hakim enggan menyentuhnya. Selain itu, berharap ini menjadi obat atas kegundahannya ketika mengetahui orangtua kandungnya, yang kemudian mengajak pasangan pengantin baru yang terjalin atas wasiat Pak Budiman, ayah Hakim dan Basir. Perasaan Anah belum benar-benar nyaman dengan keduanya.
Basir pun tercengang ketika Hakim mengabarkan bahwa ia dan Anah akan berbulan madu di Malaysia. Kenapa harus di Malaysia?, dan menolak ajakan Pak Hari untuk berhanymoon di Eropa?, mengapa memilih membayar sendiri untuk berhanymoon, sementara Pak Hari siap menggratiskan selama berhanymoon di Eropa?. Ketegangan adik-kakak pun mulai, sesaat sebelum berangkat Hakim yang pendiam mengajukan teka-teki yang tentu saja menyulut rasa penasaran Basir selaku Wartawan muda, “Iya! Ada sesuatu yang Kakak sembunyikan padamu. Dan juga almarhum Bapak.” Terang Hakim pada Basir saat menunggu Anah berbenah.
Sampai juga di Malaysia, setelah perjalanan panjang yang amat dingin. Tentu saja Anah gundah setelah mendengar perdebatan Hakim dan Basir di mobil. Belum lagi Hakim yang kelihatan aneh. Sesampainya di Kuala Lumpur, ternyata Hakim mengajak anah ke Bangkok. Dan hal itu menambah keyakinan Anah bahwa apa yang dikatakan Basir benar, Hakim merahasiakan sesuatu. Dan semakin kuat ketika Hakim mengatakan “Anah…, segala akan terjadi jelas setelah kita tiba di Bangkok. Sekarang, sebaiknya beristirahat…”. Cobaan apa lagi yang akan dia hadapi, sepanjang perjalanan kembali kikuk.
Setelah singgah di Stasiun Hat Yai, Anah mendapati nama Namlok Sarachipat dari Basir ketika Anah menelepon, dan mengabarinya bahwa ia tidak sedang di Malaysia melainkan sedang menuju Bangkok. Anah tersontak dengan nama itu, ia pasrah kalau pada akhirnya akan duka yang mendalam dengan nama itu. Sementara Basir gusar dengan kabar bahwa Anah dibawa Kakaknya menuju Bangkok, ia sudah menduga bahwa Hakim akan mempertemukannya dengan Namlok Sarachipat yang merupakan Perempuan yang Hakim nikahi semasa kuliah di Mesir. Hakim merahasiakan hal ini dari keluarganya, namun Basir berhasil mencium gelagat Kakaknya. Pernikahan Hakim dengan Namlok, Muallaf, tidak di ketahui keluarganya. Pernikahan mereka di Naibi oleh dosen dan di saksikan rekan-rekan di kampusnya.
“Namlok Sarachipat,” Anah langsung pada persoalan. Anah terguncang hatinya ketika mendapati ucapan Hakim yang secara terang-terangan mengakui bahwa Namlok adalah istrinya, bahkan Hakim dan Namlok sudah memiliki seorang putrid, Siti Aisyah.
“Jadi itu alasannya, mengapa Kakak tidak pernah menggauli Anah?” Anah jatuh dalam kepedihan yang amat mendalam. Namun ia sangat tegar, ia menyadari bahwa kesalahn bukan sepenuhnya pada Hakim, bahkan tidak ada yang perlu di salahkan. Hakim hanya tidak ingin membuat Ayahnya kecewa saat sakarotulmaut, begitupun Anah.
“Iya, Anah. Selain itu juga, Kakak tidak mencintai kamu. Kakak sudah menganggap kamu sebagai adik kandung sediri,” dengan berat hati Hakim mengatakannya. Anah hanya menangis. Hakim memang sudah berkata jujur, dan berhasil merobek hatinya hingga remuk redam. Dan semakin sakit robekan itu ketika Hakim mempertemukannya dengan Namlok. Hampir saja suasana memanas, namun dengan kesalihaan Anah perbincangan ketiga orang itu berjalan sehat. Meski guratan luka semakin dalam, Anah tetap tegar. Anah menyadari ini adalah ujian, dan bukti Allah sangat menyayanginya. Pelajaran itu ia peroleh dari Bik Etik.
Basir yang gundah menunggu telepon dari Anah, akhirnya terbayar juga. Anah menelpon Basir setelah meminta izin untuk lebih dulu ke Hostel dan mempersilahkan Hakim mengobati kerinduannya dengan Namlok dan Aisyah. Basir amat sangat kesal ketika ia dapati anah menangis dan mengabarkan bahwa Namlok adalah istri sah Hakim.
“Anah … aku malu sama kamu”
“Malulah kepada Allah….”
“Aku malu punya kakak pembohong seperti Hakim”
“Kamu harus merasa ksihan pada Hakim”
“Kasihan apa!”
“Hakim sebetulnya lelaki baik. Suami yang bertanggung jawab. Ayah yang patut dicontoh”
Basir berada di pesisir pantai, mencoba mengobati gundah yang ia rasakan. Walau bagaimanapun ia masih mencintai Anah. Tau begini, ia tidak akan mengikhlaskan Anah pada Kakaknya. Masalah bertubi-tubi menghampirinya. Kasus Dicky dan Bapaknya yang berusaha menghancurkan keluarga serta bisnis Warisan Almarhum Pak Budiman. Ditambah lagi wanita yang ia cintai menderita gara-gara ulah Kakaknya sendiri.
Hakim memboyong Namlok dan Aisah ke Indonesia. Basir pun mengamuk dan melabrak Hakim, berkali-kali ia memukuli Kakaknya hingga terjatuh. Beruntung Anah berhasil menenangkan Basir. Hakim mengeluh kesakitan pada dada kirinya, jantung.
Basir segera membopoh tubuh Kakaknya untuk mendapatkan pertolongan UGD. Dan pada akhirnya Basir di gandrungi persaan perdosa ketika Kakaknya tidak dapat diselamatkan. Serangan jantung. Basir pun hilang arah, berlari kepantai dan memprotes Tuhan. Beruntung subuh menyadarkannya bahwa apa yang dilakukannya salah. Ia pun kembali kerumah dan mendapati Anah, Namlok, dan Aisah. Ia meminta maaf dan menyesali perbuatannya. Anah dengan tenang “Ini cobaan buat kamu dan aku” kepada Namlok yang tengah garang menggugat kesalahan Basir.
Namlok memilih kembali ke Bangkok, dan Anah menghabiskan masa iddahnya di rumah peninggalan Hakim. Di hari terahir Iddahnya, Basir menjenguk Anah. Ia seolah tidak ingin lagi kehilangan orang yang dia cintai “Aku mencintai kamu, Anah! Sejak dulu! Dan kamu tau itu”.
“Basir! Aku ini istri kakakmu!”
“Itu sudah lewat, Anah! Masa iddahmu selesai hari ini! Kamu bisa menikah lagi dengan aku! Kita saling mencintai! Aku tahu, kamu juga masih mencintaiku! Itu tidak bisa kamu pungkiri, Anah”
“Kamu masih mencintaiku, Anah?” Basir mengulang pertanyaan.
Anah terisak
“Jawablah”
“Atau aku pergi sekarang juga!”
“Sampai kapan pun aku mencintai kamu, Basir..,”. “Puas kamu dengan jawabanku?”
Akhirnya, Basir pun melamar Anah, dan mau memotong rambutnya yang gondrong atas permintaan wanita yang ia cintai sejak dulu. Kebahagiaan merekapun tidak terhingga. Cinta dan ibadah menjadi pondasi kuat pernikahan mereka.

Alhamdulillah.